Inilah Bukti Cinta Paling Sejati di Dunia ini

Indozones - Saya tidak bisa hidup tanpa dirimu, Itulah kata-kata yang diingat oleh anak-anak Joe Auer. Joe yang sudah berusia 100 tahun men... thumbnail 1 summary
Inilah Bukti Cinta Paling Sejati di Dunia ini

Indozones - Saya tidak bisa hidup tanpa dirimu, Itulah kata-kata yang diingat oleh anak-anak Joe Auer. Joe yang sudah berusia 100 tahun meninggal 28 jam setelah istrinya, Helen Auer meninggal dunia. Kata-kata yang diucapkan Joe terbukti apa yang ia katakan, Helen meninggal pada tanggal 15 Oktober lalu di usia 94 tahun, hanya dalam hitungannya jam, Joe menyusul kepergian istrinya.

Pasangan ini menunjukan kesetiaan dan membuktikan janji pernikahannya 73 tahun silam, selalu bersama hingga maut memisahkan. Joe dan Helen menikah pada tahun 1941. Di sepanjang usia pernikahan mereka, pasangan sederhana yang romantis ini dikaruniai 10 anak, 16 cucu dan 29 cicit.

Usia pernikahan yang sangat panjang membuat keduanya makin memahami arti mencintai dan setia. Walau pernah terpisah karena Perang Dunia II, Joe dan Helen justru menjadi pasangan yang tak terpisahkan.

Pernikahan Sangat Berat Saat Perang Dunia II

Joe dan Helen menikah secara sederhana di Gereja St. Lawrence, Cincinnati pada tahun 1941. Di masa itu, Perang Dunia II menjadi ancaman banyak keluarga, karena dunia tidak menjadi tempat yang aman.

Helen tahu bahwa keputusannya untuk menikah tidak akan mudah, karena sang suami ikut bertempur dalam Perang Dunia II. Saat Joe pergi bertempur, Helen sudah sering melewatkan masa kehamilan tanpa suaminya. Sangat tidak mudah menjalankan rumah tangga di masa-masa suram tersebut. Seorang diri dengan beberapa anak, sedangkan suami bertugas di medan perang.

Di sisi lain, Joe selalu yakin bahwa doa dan cinta dari istrinya akan membawa keselamatan selama perang berlangsung. Bahkan Joe tidak pernah tahu bagaimana wajah bayi keduanya selama perang, hanya melihat dari foto yang dikirim Helen melalui surat.

Selama bertugas, Joe selalu menyimpan foto istri dan dua anaknya di saku celana. Tak ada yang tahu apakah Joe akan pulang atau tidak, apakah dia akan bertahan hidup atau gugur dalam perang. Satu hal yang Joe percaya, dia akan menghabiskan masa tuanya bersama sang istri.

Setelah perang berakhir, Joe kembali ke pelukan Helen. Dia tidak lagi menjadi tentara bagi negaranya dan memilih bekerja sebagai seniman ukir, sedangkan Helen menjadi petugas kantin sekolah.

Tak banyak uang yang dihasilkan Joe dan Helen, namun kesederhanaan mereka membuat keduanya tetap bahagia, anak-anak mereka tumbuh sejahtera. Joe dan Helen adalah pekerja keras, rendah hati, tidak suka foya-foya dan membangun keluarga dengan penuh cinta.

Walaupun Joe dan Helen telah meninggal dunia, anak-anak, cucu dan keluarga mereka menyimpan banyak kenangan manis tentang mereka. Anak-anak Joe menggambarkan bahwa ayah mereka adalah orang yang tegas, serius dan disiplin.

Namun Joe adalah sosok ayah penyayang dan bertanggung jawab. Sedangkan Helen digambarkan sebagai ibu yang penuh semangat, selalu mencintai suami dan anak-anaknya, sesibuk apapun dia.

"Mereka adalah pasangan yang sederhana dan rendah hati. Mereka tidak pernah punya keinginan muluk-muluk, tetapi mereka selalu punya banyak cinta," ujar Jerry Auer, salah satu anak mendiang.

Setelah 70 tahun lebih bersama, Joe dan Helen membuktikan bahwa mencintai hingga hanya maut memisahkan bukanlah hal yang tidak mungkin. Butuh perjuangan dan kesabaran yang luar biasa untuk mencapai titik ini, namun Joe dan Helen membuktikan ada akhir bahagia di ujung usia mereka.

Yang membuat keluarga Joe dan Helen terenyuh, Joe masih menyimpan foto Helen yang selalu dia simpan dalam saku celananya saat berperang dulu. Foto itu ditemukan anak Joe dalam dompet, dengan warna yang sudah kecokelatan dan usang.

Usia boleh menua, namun cintaku padamu tak akan pernah menua.

Selamat jalan Joe dan Helen, terima kasih sudah membuktikan kepada dunia bahwa cinta sejati bukanlah dongeng semata.